Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia
mulai melakukan interaksi satu sama lain. Interaksi itu juga
berlangsung bersamaan dengan tafsiran-tafsiran terhadap alam
semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh
berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia
dan alam semesta. Selain itu, sejarah seni teater pun diyakini berasal
dari usaha-usaha perburuan manusia primitif dalam mempertahankan
kehidupan mereka. Pada perburuan ini, mereka menirukan perilaku
binatang buruannya. Setelah selesai melakukan perburuan, mereka
mengadakan ritual atau upacara-upacara sebagai bentuk “rasa syukur”
mereka, dan “penghormatan” terhadap Sang Pencipta semesta. Ada
juga yang menyebutkan sejarah teater dimulai dari Mesir pada 4000 SM
dengan upacara pemujaan dewa Dionisus. Tata cara upacara ini kemudian
dibakukan serta difestivalkan pada suatu tempat untuk
dipertunjukkan serta dihadiri oleh manusia yang lain.
The Theatre berasal dari kata Yunani Kuno, Theatron yang berarti seeing
place atau tempat menyaksikan atau tempat dimana aktor mementaskan lakon
dan orang-orang menontonnya. Sedangkan
istilah teater atau dalam bahasa Inggrisnya theatre mengacu kepada
aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan, kelompok yang
melakukan kegiatan itu dan seni pertunjukan itu sendiri. Namun demikian,
teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani
Kuno, Draomai yang berarti bertindak atau berbuat dan Drame yang
berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid
untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah
atau dalam istilah yang lebih ketat berarti
lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting tapi
tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata drama juga dianggap telah ada
sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani
Kuno (800-277 SM). Hubungan kata teater dan drama bersandingan
sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang
mempergunakan drama ’lebih identik sebagai teks atau naskah atau
lakon atau karya sastra.
Terlepas dari sejarah dan asal kata yang melatarbelakanginya, seni
teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks, sehingga
sering disebut dengan collective art atau synthetic art artinya
teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan
berbagai macam keahlian dan keterampilan. Seni teater menggabungkan
unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik (gerak) yang
meliputi bunyi, suara, musik, gerak serta seni rupa. Seni teater
merupakan suatu kesatuan seni yang diciptakan oleh penulis lakon,
sutradara, pemain (pemeran), penata artistik, pekerja teknik, dan
diproduksi oleh sekelompok orang produksi. Sebagai seni kolektif, seni
teater dilakukan bersama-sama yang mengharuskan semuanya sejalan dan
seirama serta perlu harmonisasi dari keseluruhan tim.
Pertunjukan ini merupakan proses seseorang atau sekelompok manusia dalam
rangka mencapai tujuan artistik secara bersama. Dalam proses produksi
artistik ini, ada sekelompok orang yang mengkoordinasikan kegiatan (tim
produksi). Kelompok ini yang menggerakkan dan menyediakan fasilitas,
teknik penggarapan, latihanlatihan, dan alat-alat guna pencapaian
ekspresi bersama. Hasil dari proses ini dapat dinikmati oleh
penyelenggara dan penonton penyelenggara, hasil dari proses tersebut
merupakan suatu kepuasan
tersendiri, sebagai ekspresi estetis, pengembangan profesi dan
penyaluran kreativitas, sedangkan bagi penonton, diharapkan dapat
diperoleh pengalaman batin atau perasaan atau juga bisa sebagai
media pembelajaran.
Melihat permasalahan di dalam teater yang begitu kompleks, maka penulis
mencoba membuat sebuah paparan pengetahuan teater dari berbagai unsur.
Paparan ini dimulai dari Bab I Pengetahuan
Teater yang berisi tentang definisi teater baik secara keseluruhan
maupun secara detail, sejarah singkat perkembangan teater baik sejarah
singkat teater Eropa maupun sejarah singkat teater Indonesia,
dan unsur-unsur pembentuk teater. Bab ini sangat penting karena untuk
mendasari pemikiran dan pengetahuan tentang seni teater. Lakon yang
berisi tentang tipe-tipe lakon, tema, plot, struktur dramatik lakon,
setting, dan penokohan. Dalam bab ini pembahasan lebih banyak pada
analisis elemen lakon sebagai
persiapan produksi seni teater. Sesederhana apa pun sebuah naskah lakon,
diperlukan sebagai pedoman pengembangan laku di atas pentas. Pemilihan
lakon yang akan disajikan dalam pementasan
merupakan tugas yang sangat penting. Tidak sembarang lakon akan sesuai
dan baik jika dipentaskan. Sulitnya tugas ini disebabkan oleh karena
setiap kelompok teater memiliki ciri khas masing-masing.
Sebuah lakon yang dipentaskan dengan baik oleh satu kelompok teater,
belum tentu akan menjadi baik pula jika dipentaskan oleh kelompok
lainnya.
yang akan dipentaskan, analisis lakon secara menyeluruh hingga sampai
tahap konsep pementasan, menentukan bentuk pementasan, memilih pemain,
membuat rancangan blocking, serta latihan-latihan
hingga gladi bersih. Kerja penyutradaan dalam sebuah pementasan
merupakan kerja perancangan. Seorang sutradara harus bisa memberi
motivasi dan semangat kebersamaan dalam kelompok untuk menyatukan visi
dan misi pementasan antar mereka yang terlibat. Kerja penyutradaraan
merupakan kegiatan perancangan panggung dapat berupa penciptaan estetika
panggung maupun ekspresi
eksperimental.
pemeran dalam sebuah pementasan seni teater. Persiapan tersebut meliputi
persiapan olah tubuh, olah suara, penghayatan karakter serta
teknik-teknik pemeranan. Persiapan seorang pemeran dianggap penting
karena pemeran adalah seorang seniman yang mengekspresikan dirinya
sesuai dengan tuntutan baru dan harus
memiliki kemampuan untuk menjadi ’orang baru’. Pemeran didefinisikan
pula sebagai tulang punggung pementasan, karena dengan pemeran yang
baik, tepat, dan berpengalaman akan menghasilkan pementasan yang
bermutu. Pementasan bermutu adalah pementasan yang secara ideal mampu
menterjemahkan isi
naskah. Walaupun di lain pihak masih ada sutradara yang akan melatih dan
mengarahkan pemeran sebelum pentas, tetapi setelah di atas panggung
tanggungjawab itu sepenuhnya milik pemeran. dan praktek tata artistik
yang meliputi; tata rias, tata busana, tata cahaya, tata panggung, dan
tata suara. Sebagai komponen pendukung pokok, keberadaan tata artistik
dalam pementasan teater sangatlah vital. Tanpa pengetahuan dasar
artistik seorang sutradara atau pemain teater tidak akan mampu
menampilkan kemampuannya dengan baik. Persesuaian dengan tata artistik
yang menghasilkan wujud nyata keindahan tampilan di atas pentas adalah
pilihan wajib bagi para pelaku seni teater.
Bahasan yang penulis pilih dalam setiap bab merupakan pengetahuan dan
praktek mendasar proses penciptaan seni teater. Artinya, sebuah
pertunjukan teater yang berlangsung di atas panggung
membutuhkan proses garap yang lama mulai dari (penentuan) lakon,
penyutradaraan, pemeranan, dan proses penataan artistik. Dalam setiap
tahapan proses ini melibatkan banyak orang (pendukung) dari
berbagai bidang sehingga dengan memahami tugas dan tanggung jawab
masing-masing maka kerja penciptaan teater akan padu. Kualitas kerja
setiap bidang akan menjadi harmonis jika masingmasing
dapat bekerja secara bersama dan bekerja bersama akan berhasil dengan
baik jika semua elemen memahami tugas dan tanggung jawabnya. Itulah inti
dari proes penciptaan seni teater, “kerja sama”.
SEJARAH SENI TEATER
Label:
sejarah
- Selasa, 07 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
YouTube - YouTube
Discover the videos for YouTube and more in our videos collection of YouTube videos produced by our network of top YouTube filmmakers. Play them here for free and for Jul 25, 2021 · Uploaded youtube converter by YouTube
Posting Komentar